Mega Proyek ala Presiden Jokowi
Jalan Tol Trans Sumatera Ala Presiden Jokowi
Sejarah
Pada 20 Februari 2012 Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengadakan pertemuan dengan para gubernur se-Sumatera di Griya Agung, Palembang,Sumatera Selatan. Pertemuan ini membahas percepatan pembangunan jalan tol di Sumatera. Dalam pertemuan tersebut juga hadir Deputi Kementerian BUMN bidang Infrastruktur Sumaryanto, Direktur Utama PT Jasa Marga Adityawarman dan Direktur Pengembangan Usaha Jasa Marga Abdul Hadi.
Dikarenakan secara ekonomi pembangunan jalan tol di Sumatera masih terlalu berat, serta kurang diminati investor[3], maka awalnya disepakati untuk membangun perusahaan patungan antara Jasa Marga dan setiap pemda di Sumatera. Pembagian tugasnya adalah Pemda membebaskan tanah dan mencadangkan sejumlah kawasan di sepanjang jalan tol untuk sebuah proyek bisnis pada masa depan yang akan kelak dikelola bersama.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkanPeraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera tanggal 17 September 2014. Dalam Perpres ini disampaikan, sebagai langkah awal, pembangunan jalan tol di Sumatera tersebut akan dilaksanakan pada empat ruas jalan tol yang meliputi ruas Jalan Tol Medan - Binjai, ruas Jalan Tol Palembang - Simpang Indralaya, ruas Jalan Tol Pekanbaru - Dumai, dan ruas Jalan Tol Bakauheni - Terbanggi Besar. Kemudian, Presiden Joko Widodo merevisi aturan tersebut denganPeraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2015.[4]Dalam Perpres tersebut terdapat penambahan ruas-ruas jalan tol lain yang akan digarap, yaitu ruas Jalan Tol Terbanggi Besar - Pematang Panggang, ruas Jalan Tol Pematang Panggang - Kayuagung, ruas Jalan Tol Kisaran - Tebing Tinggi, serta ruas Jalan Tol Palembang - Tanjung Api-Api.
Sebagian besar ruas Tol Trans Sumatera yang digarap akan dilakukan, serta dikelola oleh BUMN, PT Hutama Karya (Persero) melalui skema penugasan. Pada 23 Agustus 2016, Menteri PUPR Basuki Hadimuljonomenerbitkan surat penugasan kepada Hutama Karya untuk membangun tiga ruas Trans Sumatera tambahan, yaitu Banda Aceh-Medan (455 km), Padang-Pekanbaru, serta Tebing Tinggi-Parapat (98,5 km).
- Bakauheni - Terbanggi Besar (140,938 km) -sedang konstruksi, target pengoperasian: 2019[6]
- Seksi 1: Bakauheni - Babatan (38 km, termasuk akses sepanjang 11 km), Seksi 2: Babatan - Tegineneng (59 km), Seksi 3: Tegineneng - Terbanggi Besar (42 km)[7]
- Palembang - Indralaya (21,93 km) - sedang konstruksi, target pengoperasian: 2018[6]
- Seksi 1: Palembang - Pemulutan (7,10 km), Seksi 2: Pemulutan - KTM (4,9 km), Seksi 3: KTM - Simpang Indralaya (9,93 km)[7]
- Medan - Binjai (16,72 km)[8] - sedang konstruksi, target pengoperasian: 2017[6]
- Pekanbaru - Dumai (131,475 km)[9][10] -sedang konstruksi, target pengoperasian: 2019[6]
- Palembang - Tanjung Api-Api (70 km)[11] -dalam perencanaan, target konstruksi: 2016, pengoperasian: 2019[6]
- Pematang Panggang - Kayuagung (85 km) -dalam perencanaan, target konstruksi: 2018, pengoperasian: 2021[6]
- Terbanggi Besar - Pematang Panggang(100 km) - dalam perencanaan, target konstruksi: 2017, pengoperasian: 2021[6]
- Kisaran - Tebing Tinggi (68,946 km)[12] -dalam perencanaan, target konstruksi: 2017, pengoperasian: 2019[6]
- Tebing Tinggi - Parapat (95 km) - dalam perencanaan[13]
- Padang - Pekanbaru (240 km) - dalam perencanaan[5]
- Banda Aceh - Medan (455 km) - dalam perencanaan[5]
Tidak ditetapkan sebagai rute prioritas namun sedang konstruksi:
- Medan - Kualanamu - Tebing Tinggi(61,8 km) - sedang konstruksi, target pengoperasian: 2017
- Seksi 1: Medan - Perbarakan-Kuala Namu (17,80 km), Seksi 2: Perbarakan - Tebing Tinggi (44 km).